Saturday, May 25, 2013

sepatu kanan belahan jiwaku

Kita ini ibarat sepatu kanan dan sepatu kiri. Kamu kanan dan aku kiri. Kita dipasangkan oleh pemilik kaki yang memakai kita sebagai alas kakinya, Tuhan. 

Kita sepasang sepatu tak bertali. Karena itu yang sedang kita cari. Tali untuk mengaitkan dua sepatu ini agar selalu berjalan bersama beriringan bersama.

Tapi kadang aku lupa, tidak mungkin sepatu kanan dan kiri akan bertemu saat berjalan. Kita adalah sepasang sepatu berbeda bentuk yang selalu melengkapi. Apabila satu hilang, maka yang lain tidak akan berguna lagi. 

Aku ingin selalu menemani kemanapun sepatu kanan itu beranjak pergi. Aku ingin berada terus di dekatnya, aku tidak ingin hal yang tidak seharusnya terjadi. Karena aku akan ada kalau dia ada. Bukankah kami saling melengkapi. saling bersama. 

Kami cuma ingin tali. Dan dua kaos kaki kami. Merekalah masa depan kami.
I love you sepatuku.

Sunday, May 5, 2013

For you

Ku akui, aku memang egois. Dalam hubungan ini seakan akan tiga dari empat bagiannya adalah aku. Tanpa ku sadari ku ambil hampir seluruh bagianmu. Ya, tanpa ku sadari awalnya. Namun setelah beberapa kali kau ucapkan 'Kita putus saja', aku seperti tertampar dan tersadar, bahwa aku salah. Lalu setelah berpuluh kali kita jatuh dan bangun. Kata itu kembali muncul, dua kali dalam seminggu. Seingatku. Lalu ku putuskan untuk menerima semua yang kamu lakukan. Aku tidak lagi sering menghubungimu sejak itu. Aku memendam egoku, meski terkadang masih terlihat. Tapi ternyata perubahan itu sama sekali tidak ada artinya. Saat aku mengalah, kamu heran. Saat aku menanyakan sesuatu berkali-kali, emosimu menjadi tak terkendali. What I have to do now

Tanpa sengaja ku baca tulisanmu di jejaring sosial. "don't know what is on your mind. But i'm getting sick and tired". Aku hanya terdiam, ku sesali perkataanku tadi siang. 

Tapi aku juga sangat bingung. Dulu, pernah kamu bilang kita harus terbuka akan apa yang kita rasakan. Aku ingin lebih terbuka sehingga aku tidak lagi mengambil semua bagianmu dalam hubungan kita, ingin mencoba semua dari awal, seperti seolah-olah aku baru saja mengenalmu, seperti baru saja aku malu memegang tanganmu. Tapi memulai itu semua saja aku bingung, dimana awalnya. 

Maaf karena membuatmu terluka, meski tidak kau tampakkan di depanku. Maaf ku undang semua rasa kecewamu. maaf untuk tidak membuatmu bahagia. Maaf telah memaksamu merajut mimpi-mimpi besar itu. Semua memang salahku.