Wednesday, March 6, 2013

roti bawang putih

aku berhenti pada satu titik jenuh dengan aku dan dia waktu itu. namun, entah bagaimana jalan Tuhan membuat semua menjadi berbeda, lalu ku temukan penggantinya. lebih cepat dari kilat. sepertinya baru tadi ku tutup mataku, lalu semua berubah saat ku buka lagi.

aku merasakan lagi bagaimana jantungku berdetak lebih kencang dari biasa. lalu pikiranku menjadi kosong, dan aku hanya bisa tersenyum tanpa mampu mencegahnya keluar. perutku seketika bergejolak seakan di sana sedang terjadi perang antara para raksasa dan manusia. seakan lututku tak kuat menopang berat tubuhku. sudah terlalu lama perasaan-perasaan tersebut ku sembunyikan tanpa mampu ku ucap alasannya. dan itu ku rasakan saat aku bertemu denganmu.

bersamamu membuatku menemukan kenyamanan-kenyamanan yang aku sendiri sudah lupa kapan mereka datang menghampiri. semuanya manis, indah, dan aku bahagia. seperti pintaku. aku bahkan merasa Tuhan terlalu cepat mengganti senduku dengan bahagia yang akan selalu ku dekap, selamanya. setidaknya, itulah inginku lainnya.

kamu pun mulai bercerita bagaimana perasaanmu tiba-tiba tumbuh. konyol. bagaimana mungkin garlic bread yang ku berikan padamu di pagi itu adalah yang mengawali segalanya. kira-kira tujuh jam sebelum pertemuan kita, aku mengoleskan mentega, cincangan garlic, dan daun kucai yang ku petik dari "kebun" mama. ku letakkan di beberapa loyang kue, lalu ku tinggal tidur. esoknya aku bangun lebih pagi dari biasanya, selain jam mandiku yang lama, menghairdrying rambutku, dan selalu ribet dengan kegiatanku sendiri, aku juga harus mengoven roti itu.

lalu aku berangkat dengan perasaan sedikit ganjil. oh God, roti yang sudah ku persiapkan dengan keringat, aku lupa membawanya. lalu secepat kilat ku keluarkan handphoneku, ku kabari mama. selang dua puluh menit kemudian kita bertemu. roti-rotiku sudah berada di atas meja tepat di depanmu. ku katakan bahwa roti itu adalah milikmu sekarang. lalu katamu beratus-ratus jam kemudian, di detik itulah kamu memercikkan kembang api itu di hatimu. dan mulai aktif menggoda hidupku.

lalu sampai pada malam, dimana kamu mengutarakannya melalui pesan singkat. ya. itulah jawabku saat itu. kamu yidak memintaku menjadi pacarmu, tetapi menjadi teman di hidupmu selamanya dan menjadi ibu dari anak-anakmu.

kemudian ku biarkan kamu menyelami hidupku, pikiranku, dan hatiku. dan aku hanya terdiam. aku bahagia.

with him, the giant